BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas juga merupakan instansi pemerintah yang wajib
bertanggung jawab atas kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak
di setiap kecamatannya, terlebih lagi pada daerah-daerah pedalaman yang sulit
untuk menjangkau rumah sakit dikarenakan akses terhadap infrastruktur desa yang
masih sangat kurang. Fungsi dari puskesmas adalah pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama (Fajar, 2009).
Berbeda
dengan World Health Organization
(WHO) yang mengatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih
rendah, hal ini disebabkan oleh belum dimanfaatkannya sarana pelayanan
kesehatan secara optimal oleh masyarakat. Dalam rangka pemerataan pelayanan
kesehatan dan pembinaan kesehatan masyarakat telah di bangun Puskesmas.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan yang mempunyai
peran cukup besar dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan. Dalam hal ini pengupayaan
peningkatan kesehatan ibu di Indonesia dalam masa kehamilan merupakan salah satu upaya pembangunan kesehatan.
Kehamilan
adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Prawirohardjo, 2002: 89).
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang
mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal
perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih
dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester
terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian
atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah
dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan
fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi blastosis ke
endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar, sedikit
dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu
abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa (Mansjor, dkk, 2001: 252).
Mortalitas
dan mordibitas pada wanita hamil adalah masalah besar di negara berkembang. Di
negara miskin sekitar 25-50 %. Kematian wanita subur usia disebabkan hal yang
berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996 WHO
memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau
bersalin sebenarnya lebih dari 50% kematian di negara berkembang
(Prawirohardjo, 2002: 3).
Ibu
hamil di negara-negara Afrika dan Asia selatan menghadapi risiko untuk
mengalami kematian saat hamil dan melahirkan sekitar 200 kali lebih besar
dibandingkan risiko yang dihadapi ibu di negara maju. Karena angka fertilitas
di negara berkembang lebih tinggi maka rentang risiko di Afrika I diantara
6000. tiap tahun terdapat dari 150 juta ibu hamil di negara berkembang. Sekitar
500.000 diantaranya akan meninggal akibat penyebab kehamilan, dan 50 juta
lainnya menderita karena kehamilannya mengalami komplikasi (Widyastuti, 2003:
1).
Menempatkan
upaya penurunan AKI sebagai program prioritas penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia ke dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya
tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar
50% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan,
misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil
dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya, penyebab tak langsung kematian ibu
ini antara lain adalah amenia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu
“ muda / tua, sering dan banyak (Prawirohardjo, 2003: 6).
Demikian
tingginya resiko kehamilan pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat
terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi, maka perlu dilakukan
upaya optimal guna mencegah atau menurunkan frekuensi ibu hamil yang beresiko
tinggi serta penanganannya perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Dengan demikian pemeriksaan antenatal yang teratur dan
secara rutin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda resiko tinggi menjadi sangat
penting dalam usaha mewujudkan kehamilan dengan ibu dan bayi yang sehat
(PPIBU-UNFPA, 1998).
Pada
laporan bulanan mencakup periode januari-mei 2013 di wilayah Kerja Puskesmas xx
jumlah kehamilan yang berisiko ada sebanyak 48 orang dari 1119 orang ibu hamil
(K4) yang berkunjung pada Januari sampai dengan Mei 2013. Berdasarkan data
tersebut maka kelompok tertarik mengangkat masalah kesehatan reproduksi yang
berhubungan dengan kehamilan dengan
resiko tinggi
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Latihan Kerja Peminatan (LKP) pada bagian Kesehatan
Reproduksi (KESPRO) Kesehatan Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan teknis mahasiswa di bidang Kesehatan Reproduksi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Melakukan pembuatan laporan KIA, KB serta
membuat laporan tahunan untuk data-data kepegawaian dan peralatan Puskesmas.
2.
Melakukan pengolahan data Puskesmas
3.
Melakukan pencatatan dengan menggunakan
kartu tanda pengenal keluarga, kartu status perorangan, buku register dan rekam
kesehatan keluarga.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mampu
melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas dan sistem
manajemen Puskesmas yang terdiri dari pencatatan, pelaporan, pengolahan serta
pemanfaatan data KIA-KB.
2. Bagi Puskesmas
Untuk
meningkatkan kegiatan tentang penyuluhan kesehatan khususnya di bidang Kesehatan Reproduksi di Puskesmas XX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar